Gunungsitoli, HarNi, 15/09/12. Hangatnya pembicaraan Mahar yang tinggi di Nias mulai mencuak kembali, setelah diluncurkannya sebuah Film Kolosal yang berjudul Lua-Lua Mböwö Sebua (Akibat Jujuran Tinggi) oleh Constellazione Entertainment yang disutradarai oleh Ponti Gea. Dengan beredarnya film tersebut dan telah ditonton oleh ribuan masyarakat Nias, setidaknya sudah mulai ada pemahaman dan kesadaran akan tradisi kita selama ini dalam menentukan jujuran yang bisa mencekik dan membuat purta-putri Nias kerap kali berpikir panjang untuk menikah secara adat Nias.
Sebelum
film Lua-lua Mböwö sebua diluncurkan, jauh-jauh sebelumnya masalah jujuran
tinggi dipulau Nias telah banyak dikeluhkan dan sisuarakan oleh putra-putri
Nias, melalui seni dan karya dalam bentuk syair lagu Nias sekuler dan
syair-syair tari maena yang sering dibawakan di pesta-pesta pernikahan di Pulau
Nias maupun di luar daerah Nias. namun suara-suara hati Putra-putri Nias
tersebut yang dikemas dalam bentuk syair lagu dan maena sering kali dianggap
hanya sebatas seni saja. Bahkan dalam setiap seminar atau workshop yang ada
kaitannya dengan adat Nias, masalah jujuran sering jadi bahan pembicaraan.
Namun kenapa masih ada masyarakat kita yang menerapkan jujuran tinggi? Bahkan
sebuah peribahasa Nias mengatakan Huku Föna Niröi Furi tapi kenapa
masih ada yang menerapkan böwö sebua karena jelas-jelas Jujuran tinggi itu
adalah huku föna.
Memang
di Nias sudah mulai ada perubahan dalam menentukan jujuran, tapi sebagian besar
daerah Nias masih dikungkung oleh tradisi böwö sebua. Bahkan dibeberapa pesta
pernikahan di Nias sering kita temukan waktu pesta pernikahan lebih banyak
dihabiskan dalam membahas böwö dan tawar-menawar böwö dan meniadakan nilai
budaya asli Nias yaitu Famözi Göndra, aramba, faritia, acara budaya tari maena
dan Tari Moyo sudah hampir tak bisa kita nikmati dan lihat disetiap pesta
pernikahan di Nias. hal ini perlu dirubah karena kita lebih tergiur dari segi
materi sehingga apa yang menjadi Nilai budaya kita sering kita tiadakan. Untuk
itu kiranya penatua adat dan para orang tua kami di Nias yang masih menerapkan
jujuran tinggi dan yang lebih mementingkan materi dibanding nilai budaya supaya
mengadakan perubahan, karena tidak ada orang lain yang bisa melestarikan dan
menjaga Nilai budaya kita selain kita sendiri yaitu Ono Niha. @ 2012
Berkati Ndraha