Selamat Datang di Blog Berkati Ndraha untuk Ono Niha terimakasih atas kunjungan anda. punya kritikan dan masukan yang membangun serta tulisan atau artikel silahkan kirim ke email kami harian_nias@yahoo.co.id

Jumat, 14 September 2012

Jujuran Tinggi telah Banyak disuarakan Oleh Putra-Putri Nias

Gunungsitoli, HarNi15/09/12. Hangatnya pembicaraan Mahar yang tinggi di Nias mulai mencuak kembali, setelah diluncurkannya sebuah Film Kolosal yang berjudul Lua-Lua Mböwö Sebua (Akibat Jujuran Tinggi) oleh Constellazione Entertainment yang disutradarai oleh Ponti Gea. Dengan beredarnya film tersebut dan telah ditonton oleh ribuan masyarakat Nias, setidaknya sudah mulai ada pemahaman dan kesadaran akan tradisi kita selama ini dalam menentukan jujuran yang bisa mencekik dan membuat purta-putri Nias kerap kali berpikir panjang untuk menikah secara adat Nias.


Sebelum film Lua-lua Mböwö sebua diluncurkan, jauh-jauh sebelumnya masalah jujuran tinggi dipulau Nias telah banyak dikeluhkan dan sisuarakan oleh putra-putri Nias, melalui seni dan karya dalam bentuk syair lagu Nias sekuler dan syair-syair tari maena yang sering dibawakan di pesta-pesta pernikahan di Pulau Nias maupun di luar daerah Nias. namun suara-suara hati Putra-putri Nias tersebut yang dikemas dalam bentuk syair lagu dan maena sering kali dianggap hanya sebatas seni saja. Bahkan dalam setiap seminar atau workshop yang ada kaitannya dengan adat Nias, masalah jujuran sering jadi bahan pembicaraan. Namun kenapa masih ada masyarakat kita yang menerapkan jujuran tinggi? Bahkan sebuah peribahasa Nias mengatakan Huku Föna Niröi Furi tapi kenapa masih ada yang menerapkan böwö sebua karena jelas-jelas Jujuran tinggi itu adalah huku föna.

Memang di Nias sudah mulai ada perubahan dalam menentukan jujuran, tapi sebagian besar daerah Nias masih dikungkung oleh tradisi böwö sebua. Bahkan dibeberapa pesta pernikahan di Nias sering kita temukan waktu pesta pernikahan lebih banyak dihabiskan dalam membahas böwö dan tawar-menawar böwö dan meniadakan nilai budaya asli Nias yaitu Famözi Göndra, aramba, faritia, acara budaya tari maena dan Tari Moyo sudah hampir tak bisa kita nikmati dan lihat disetiap pesta pernikahan di Nias. hal ini perlu dirubah karena kita lebih tergiur dari segi materi sehingga apa yang menjadi Nilai budaya kita sering kita tiadakan. Untuk itu kiranya penatua adat dan para orang tua kami di Nias yang masih menerapkan jujuran tinggi dan yang lebih mementingkan materi dibanding nilai budaya supaya mengadakan perubahan, karena tidak ada orang lain yang bisa melestarikan dan menjaga Nilai budaya kita selain kita sendiri yaitu Ono Niha. @ 2012 Berkati Ndraha