Selamat Datang di Blog Berkati Ndraha untuk Ono Niha terimakasih atas kunjungan anda. punya kritikan dan masukan yang membangun serta tulisan atau artikel silahkan kirim ke email kami harian_nias@yahoo.co.id

Jumat, 18 Januari 2013

Dampak Negatif Monitor Ajaib.

Harian Nias
Pdt. Manati Zega, S.Th
Foto: Koleksi Pribadi

Surakarta, Harni, 19/01/13. Masih segar diingatan saya, pada 5 Januari 2008 sempat berbincang-bincang dengan kepala sekolahSmart Kids Play Group di Kota Surakarta. Dalam percakapan itu, Tri Budi Santoso, M.Sc. OT –kepala sekolah tersebut mengeluh atas perilaku anak didiknya di suatu kota. Anak-anak itu berperilaku sangat kasar. Sering mengeluarkan kata-kata kotor yang belum pantas diucapkan anak seusianya. Tidak segan-segan memukul siapa pun yang berbeda pendapat dengannya. Perilaku anak tersebut sangat mengkhawatirkan kedua orangtuanya. Sempat dirujuk ke psikolog anak, pikirnya mungkin ada keterpecahan jiwa dalam diri anak tersebut. Hasilnya nihil.

Karena kedua orang tuanya, bekerja di luar rumah, mereka tidak dapat memantau perkembangan si buah hati. Entah ide dari mana, sang ayah memberlakukan peraturan dalam keluarga mereka. Selama tiga bulan, TV tidak diizinkan menyala dalam rumah tangga itu. Pembantu Rumah tangga yang doyan nonton TV diultimatum. Apabila menyalakan TV ia akan dipecat. Hasil tiga bulan itu sungguh di luar dugaan. Anak itu berubah jadi lembut. Perilakunya santun. Tiga bulan terakhir, anak tersebut tidak pernah memukul dan mempraktikan gerakan-gerakan silat yang selama ini biasa dilakukan.
          
Ketahuan biangnya. Tayangan TV telah memengaruhi dan memprovokasi jiwa anak yang masih balita itu. Pada acara National Reformed Conference (NRC) di Wisma Kinasih, Agustus 1999, Pdt. Dr. Stephen Tong berkata, “Kalau Anda mau menanamkan iman Kristen sejati kepada Anak, lakukanlah sebelum anak itu berusia 12 tahun”. Alasannya, pada usia tersebut kemampuan intelektual seorang anak berada di puncaknya. Pada usia tersebut, kemampuan anak untuk mengingat sangat tinggi. Akibatnya, anak akan mempratikkan apa saja yang diingat dan dilihatnya.

You Are what You See.
Anda adalah apa yang Anda lihat. Contoh kasus. Acara SERGAP Siang RCTI pernah menayangkan kasus asusila yang terjadi. Dikatakan demikian, “Akibat VCD Porno, Pemuda Perkosa Teman Kerja”. Acara tersebut melaporkan seorang karyawan sebuah perusahaan musik di Jakarta Utara. Akibat perbuatannya, lelaki berusia 22 tahun itu mendekam di Tahanan Mapolsek Koja, Jakarta Utara karena memperkosa rekan kerjanya karyawati di perusaahan itu. Dia memperkosa gadis berusia 13 tahun itu setelah bersama-sama nonton VCD porno di tempat kerjanya.
Kisah ini merupakan salah satu dari sekian banyak kasus serupa yang pernah terjadi di negeri ini. Derasnya arus pornografi telah merusak pemikiran banyak orang. Anda apa yang Anda baca dan lihat, demikian kata-kata bijak yang pernah diungkapkan J. Drost, dari Universitas Katolik Atmajaya Jakarta. Anda melihat hal-hal porno, hal itu akan terekspresi dalam perbuatan Anda.
Anak-anak juga demikian. Mereka lebih mudah menangkap hal visual. Tidak heran, jika The American Academy of Pediatric tidak merekomendasikan anak di bawah usia dua tahun dan bayi untuk menonton TV atau DVD. Sedangkan anak berusia di atas tiga tahun, disarankan untuk menonton TV cukup dua jam setiap harinya.
Bagaimana kita harus bersikap? Salomo dengan bijaksana berkata, Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu(Ams.22:6). Pendidikan rohani dalam keluarga sangat penting. Tidak boleh diabaikan atau diserahkan kepada pembantu Rumah Tangga (PRT). Itu bukan tanggung jawab pembantu. Kalau tidak hati-hati, pembantu yang tak mengenal Tuhan bisa menyesatkan anak-anak kita.

Bersikap Selektif.
Dr. Marulak Pasaribu, M.Div, dosen theologi dan Pendidikan Agama Kristen, berkata, ”Ketika seseorang belajar, harus selalu bertanya Apa Manfaatnya Bagiku. Ini sikap bijak. Ketika menonton acara TV dari berbagai stasiun misalnya, bijaksana kalau orang tua selalu menanyakan apa manfaatnya bagi anak-anaknya.
     
Sebagai rohaniwan, pengkhotbah di beberapa gereja, sering kali jemaat datang. Mereka biasanya mengeluhkan sesuatu. Suatu saat saya konseling keluarga bermasalah. Kalimat yang mengagetkan saya meluncur dari sang istri. “Pak, zaman sekarang perceraian bukan hal yang tabu, itu lho di Televisi, kasus kawin cerai sudah biasa,” katanya membela diri. Kalau saya cerai, itu hak saya.

Di sisi lain, tidak adil jika hanya melihat sisi negatif dari suatu acara TV. Bukankah acara TV juga ada manfaatnya? Secara pribadi, saya senang menonton berita karena hal itu sangat membantu untuk melihat kondisi dunia saat ini. Terkadang menginspirasi saya dalam membuat bahan khotbah atau pun tulisan yang bermutu. Dalam hal ini diperlukan sikap bijaksana dan dewasa dalam pertanggungjawaban iman.

Rasul Paulus menuliskan kepada Jemaat Korintus. Segala sesuatu diperbolehkan."Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan."Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun” (1 Kor. 10:23). Menonton adalah hak azasi setiap orang. Namun, yang penting untuk diperhatikan adalah, “apakah yang ditonton itu berguna?” Apakah akan menggiring kita mengenal Tuhan lebih baik atau justru memunculkan ide untuk melawan kehendak Tuhan?

Pengaruh TV tidak hanya terjadi di kota megapolitan. Dalam masyarakat Nias, hal ini pun bisa terjadi. Tidak bermaksud melarang untuk menonton TV, tetapi marilah bersikap bijaksana. Tayangan TV yang tidak mendidik sebaiknya dihindari. Tontonlah tayangan yang mengedukasi dan memberi pencerahan. Pdt. Manati  Zega, S.Th.
Pdt. Manati  Zega, S.Th., seorang rohaniwan—pendeta jemaat,  penulis buku rohani, pembicara, pengajar, dan jurnalis. Bersama keluarga tinggal di Surakarta, Jawa Tengah. Sehari-hari disibukkan dengan kegiatan melayani jemaat di Gereja Injili Agape (GrIA) Sola Fide Surakarta dan sebagai Redaktur Pelaksana (Redpel) Majalah Rohani Populer Nasional BAHANA. Bila ingin berdiskusi hubungi di FB: Manati Imanuel Zega, Twitter: @ManatiZega, dan email: manati_zega@yahoo.com.