"Bagi orangtua, rumah tangga adalah ladang pelayanan potensial untuk menanamkan nilai iman. Gagal membawa anak kepada Tuhan adalah kegagalan terbesar. Karena itu, layanilah keluarga dengan penuh cinta."
Surakarta, Harni, 04/02/13
Sedih rasanya ketika
menonton Liputan 6 SCTV sekitar dua tahun lalu. Dalam acara tersebut
diberitakan kisah menyedihkan. Sianti Nduru (30) nekat membantai lima dari enam
orang anaknya. Penyebabnya diduga akibat sakit hati terhadap suami dan
anak-anak. Wanita yang tinggal di Nias—Sumatera Utara tersebut, sebelum
melakukan pembantaian sempat bertengkar dengan suami. Sementara sang suami
sedang membantu persiapan Natal 2009 di sebuah gereja, istrinya menghabisi
anak-anaknya yang tinggal di rumah. Sungguh sangat disayangkan.
Sebagai ibu, saya pun menitikkan air mata. Daerah yang mayoritas penduduknya
kristiani justru melakukan tindakan yang tidak kristiani. Apa pun alasannya,
tindakan sadis tersebut tidak dibenarkan. Perbuatan tersebut melawan firman
Tuhan.
Saya tidak habis pikir bagaimana mungkin seorang ibu tega menghabisi darah dagingnya sendiri. Mungkin, ia berpikir bahwa anak-anak itu adalah miliknya. Karena itulah ia dapat melakukan apa saja yang ia mau. Fakta membuktikan, sebagian orangtua, khususnya ibu, kerap meremehkan pelayanan terhadap anak-anak. Bahkan cenderung pelayanan terhadap anak di rumah dianggap bukanlah pelayanan. Mereka berpikir yang dikategorikan pelayanan adalah berdiri di belakang mimbar, memimpin pujian, menjadi liturgos, bersaksi, atau berkhotbah. Sementara melayani anak-anak di rumah dianggap bukanlah pelayanan.
Akan tetapi, Tuhan Yesus bersikap sangat tegas terhadap hal ini. "Tetapi barangsiapa di antara kalian menyebabkan salah seorang anak kecil yang percaya kepada-Ku kehilangan kepercayaannya, maka lebih baik baginya kalau pada lehernya diikatkan sebuah batu besar dan dilemparkan ke dalam laut" (Mat. 18:6—FAYH). Yang menyesatkan anak-anak lebih baik dilemparkan ke dalam laut. Artinya, ada hukuman tegas bagi mereka yang melalaikan pelayanan anak. Apalagi membunuh dan menghilangkan iman mereka kepada Yesus sang Juruselamat.
Kiranya perlu disadari dengan serius bahwa rumah adalah ladang pelayanan yang potensial bagi kita. Seorang ibu yang mengenal Tuhan berkewajiban melayani anak-anaknya. Ia harus menanamkan nilai iman dalam kehidupan mereka. Tidak ada alasan untuk menghindar dari tanggung jawab ini. Karena itu, marilah melakukannya dengan penuh cinta. Tuhan pasti memampukan kita. Pdt. Manati Zega, S.Th